Friday, February 5, 2016

SimianFriend - Chapter 2



Chapter 2- Rendevous

Hari kedua, kalian pasti tahu apa yang aku pikirkan hari ini, ya monoton seperti biasanya. Tapi Sepertinya ada secarik cahaya harapan di dadaku hari ini, entahlah mungkin aku sedang mengigau. Aroma kelas yang khas dari bau kayu dan cat baru sangat menyengat di hidung. Namun beda ceritanya jika aku mengeluarkan kepalaku keluar jendela, wangi udara segar dan pepohonan rindang kucium sangat mengagumkan.

          Langkah demi langkah kulalui demi menemukan gadis misterius kemarin di belakang taman sekolah disamping kelasku, kini aku sudah tahu cara untuk menuju kesana. Namun usaha ku nihil karena yang kutemukan hanya kesunyian yang menghiasi taman ini. Kuputuskan untuk duduk sejenak di bawah pohon yang rindang itu, angin pagi yang menyegarkan membawa jiwa ini ke alam bawah sadar sehingga tak kusadari aku tertidur dengan pulas.

          Sebuah sentuhan lembut terasa di pipiku, rasanya seperti jari seseorang tapi entahlah , aku belum menyadari apapun. Mataku masih terpejam rapat dan belum mau membukanya , perasaan nyaman ini sangat ku nikmati. Tapi lagi-lagi sentuhan itu kembali kurasakan. Akupun terganggu olehnya, lalu syaratku yang sensitif menyuruh mataku terbuka.

          Seorang gadis bertubuh kecil nan mungil berkulit putih dengan senyum yang sangat menawan membuatku terkesima setengah mati, ia berdiri di depan ku saat ini tanpa mengatakan apapun, dari posisi ini dapat kulihat wajahnya tersiram sinar mataha ri dari celah-celah dedaunan di atas. Belum pernah aku melihat pemandangan seperti ini, ada sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

           Mulutku tidak bisa menuruti apa kehendakku, ia terdiam tidak bergerak padahal aku sangat ingin menanyakan siapa sebenarnya dia. Tidak lama setelah itu bel masuk berbunyi keras memecahkan kesunyian ini. Ya.. Setidaknya aku harus berterima kasih kepadanya karena telah membangunkanku disaat-saat akhir seperti ini. Lantas aku langsung kembali kekelasku, rasa penasaran yang tak tertahankan membuat logikaku bertanya tentang banyak hal.

            Waktu istirahat kuhabiskan di taman itu lagi, ditemani oleh beberapa lembar kertas dan sebuah pulpen membuat pikiran liarku kembali menjalar. Belum mulai menulis apapun, aku sibuk memperhatikan murid-murid lain dari kejauhan yang sedang bermain ataupun asik mengobrol satu sama lain. Apakah ini yang dinamakan rasa iri? “Ah lebih baik aku menulis sesuatu yang menarik.”

            Di dalam sebuah cerita, seorang tokoh utama yang mempunyai suatu tujuan dan ia berusaha keras untuk mencapainya. Namun dalam cerita tersebut si tokoh utama tidak bisa mencapainya begitu saja, banyak halangan rintangan yang menerjang tapi tak menjadi masalah karena di akhir cerita pasti terdapat sebuah hadiah yang ditunggu-tunggu nya entah apapun itu.

          Namun tidak denganku, aku tidak mempunyai tujuan apapun, atau hobi apapun, dan bahkan tidak melakukan apapun. Membiarkan takdir ini terus membawaku ketempat yang bahkan tidak berarah, seperti sehelai bulu diterbangkan oleh angin yang tidak menentu, tak tahu dimana bulu itu akan jatuh akhirnya.  

          Keterpurukanku ini bukanlah tanpa sebab, ketidakdianggapan ini lah yang membuatku menjadi seperti ini. Masa suram 2 tahun lalu, karena  laki-laki brengsek itu membuat hidupku hancur berantakan. Semua hal yang ia bangun bersamaku hancur begitu saja, juga kepercayaanku terhadapnya hilang tak bersisa. Ia telah mengkhianati ibuku tanpa belas kasihan. Waktu itu ibuku tengah berada diluar Negeri untuk menafkahiku, 3 tahun sudah aku ditinggalkan ibuku pergi ke negeri minyak, arab. Karena ekonomi ku yang tengah krisis waktu itu, juga lelaki itu yang kusebut ayah tengah tidak bekerja, ia mendadak bangkrut karena kios nya yang katanya ditipu hilang begitu saja.  Mungkin kita bisa lewatkan bagian.


           Ibuku selalu berkata ”Kita tidak boleh memprotes keadaan kita apapun yang terjadi, mungkin saat ini bersyukur adalah hal terbaik yang bisa di lakukan oleh manusia”. Berpacu pada kata-katanya, aku harus menikmati saat-saat seperti ini.
Rasakanlah suasana yang tenang ini, lihatlah pemandangan ini, begitu juga aura menyejukan ini. Aku percaya ini lah ciptaan Tuhan yang tidak akan bisa ditandingi oleh apapun dan siapapun.  “Nikmatilah saat ini”

          Tanpa disadari beberapa paragraph diatas telah kutulis dalam sebuah kertas putih polos ini. Setelah lama menunggu gadis itu tidak kunjung dating, lewat lah satu lagi kesempatanku untuk bertemu dengannya. Tanpa pikir panjang aku langsung kembali kekelas dan harus melewati beberapa jam yang membosankan ini.

0 comments:

Post a Comment

luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com