Monday, January 25, 2016

SimianFriend - Prolog

Prolog - Curse and Gift

     Ada sebuah pertanyaan yang bunyinya seperti ini “Bagaimana jika, apa yang kau Ucapkan tanpa sengaja dapat terwujud dengan sendirinya namun apa yang kamu inginkan tidak akan pernah terwujud. Apakah kamu mau menerimanya?” Entah ini adalah kutukan yang diberikan-Nya atau ini adalah sebuah anugrah.

     Apakah kau benar-benar percaya hal ini terjadi padaku? Bahkan bukan hanya sekali-dua kali aku sering mengalaminya. Bukan hanya aku, namun semua yang disekitarku merasakanya, sering kali pohon atau Binatang disekitar menjadi korbanya. 

    Mau dengar? Ketika turun hujan tidak begitu deras memang, Sebelumnya mataharipun cerah menerangi celah-celah daun diatas pohon, saat itu aku tengah mencari inspirasi dengan seseorang di sebuah dataran hijau yang cukup luas. Beberapa saat gemercik air hujan menetes perlahan,Tanpa sadar sebuah kata yang tidak ingin ku ucapkan keluar dari mulutku “Kita berteduh di saung itu, aku takut jika dibawah pohon ini kita akan tersambar petir” tentu saja kami langsung Lari berteduh di saung yang ku tunjuk tidak jauh dari pohon yang kami gunakan untuk berteduh dari panasnya terik matahari. Baju kami cukup basah tersiram air hujan dan saat kami telah berada di saung tersebut. Tidak lama kemudian Hujan mulai deras dan awan hitam telah berkumpul tanpa kami membawa sebuah payung pun.

     Tidak sampai 10 menit petir sudah bergerumuh memanggil teman-temanya. Kilat menghiasi langit seperti langit disko. Dan akhirnya terjadi, Sebuah petir besar menyambar pohon tersebut tanpa ampun, membuat mata kami buta berwarna putih Sejenak dan pengendaran kami mendengung luar biasa. Kaget bukan main, pohon itu mengeluarkan asap dan menjadi kehitaman, sebagianya terbelah. 

     Kira-kira seperti itulah lah aku telah menjalani hidupku selama 17 tahun ini dengan anugrah atau mungkin kutukan ini yang kubawa dari lahir. Tapi aku selalu tetap percaya bahwa Sang pencipta memberikan itu padaku bukan tanpa alasan. Kadang kala saat aku duduk di bangku smp, aku sering kali dijauhi oleh teman-temanku. Mereka kapok selalu apa yang ku katakan sering kali terjadi, bahkan orang yang bisa di sebut sebagai “berandal” ataupun tim bully sudah ogah berhadapan denganku. Pasalnya mereka selalu terkenal sial jika selalu dekat denganku. Karena itulah aku tidak pernah mempunyai teman yang benar-benar dekat denganku. Aku selalu merasa sendirian dan berjalan hampa. Hidupku selalu monoton tidak berwarna. Aku mengiginkan seorang teman yang selalu ada, tidak takut pada ucapanku, menerimaku, Membuat ku berwarna, Namun apa daya Ingin memeluk gunung Tangan tak sampai. Jika suatu saat aku menemukan orang itu, akan ku pertahankan sampai mati. 

     Padahal aku sering kali mengucapkan “aku ingin seorang teman yang menerimaku” Tapi tetap saja, karena ini aku katakan dengan hati dan keinginanku mungkin tidak akan pernah terwujud. Ya,seperti itulah anugrah ini, Apa yang ku inginkan tidak bisa terwujud. Bisa kau banyangkan? “Kalau Begitu jangan pernah mengucapkan keinginan mu” mungkin itu yang terbaik untukku, tapi bagaimana aku bisa bahagia jika seperti itu? Yah... Mungkin suatu saat nanti, hal ini akan menghilang.

"kamu ingin menjadi warna apa?." satu kata yang tidak akan pernah akan kulupakan selama-lamanya. "Monoton." itu jawaban pertamaku. 

apakah jawabanku akan selalu seperti itu seperti hidupku?

2 comments:

  1. Mulai post chapternya gan, kayanya menarik. Tapi penulisannya perhatikan, ada beberapa kata yg typo ��

    ReplyDelete
  2. Suka ceritanya , tambah lagi lah , kasih part yg greget ..

    ReplyDelete

luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com