Friday, February 12, 2016

Berjalan Mundur

Menatapnya dengan rasa memiliki hati
Dia tak sengaja menarik perhatianku
Dengan segala yang ia lakukan
Dia mulai bersinar di tatapku

Aku mulai mengisyaratkan itu cinta
Ku kumpulkan segala keberanian
Sinarmu justru buatku tak bisa menyentuh
Menyadari sinarmu berarah pada satu titik

Hari demi hari berlalu didekatmu
Tak satu langkahpun aku maju
Keraguan Akan arah sinarmu
Perengkuh hatiku tak menatapku dengan sinar itu

Adakah sinar itu mengarah padaku?
Aku tak ingin lagi melihat sinarmu
Aku tak mau
Seperti terakhir kulihat sinarmu disana

Ku bulatkan tekadku
Ku biarkan sinarmu pada titik itu
Langkahku tak dapat mengejarnya
Aku mulai berjalan mundur.


 Karya : Puspita Rini Simamora
 





TIPS For Man by Woman - 1 (Mendekati Perempuan)


           Sulit memahami makhluk yang disebut perempuan, right?. yang pria tau seorang perempuan cuma buat laki-laki serba salah.  disini gue bakal sedikit mengenalkan makhluk apa sebenarnya perempuan itu. menjadi perempuan itu ribet, dan untuk mendapatkan hatinya juga ribet.

buat kalian yang mau deketin makhluk ini sebagai perempuan gue bakal sedikit memberi tips untuk menekati perempuan secara general.

          first, pastikan dulu ia belum memiliki kekasih, itu langkah awal untuk mengurangi kadar sakit hati nantinya. selanjutnya perempuan butuh reason untuk inget atau mengenal kalian.  mungkin tips sebelumnya pada blog Tips PDKT bagian - 1 bisa dicoba. atau kalian coba cari tau apa yang perempuan ingin tau atau masalah yang dia hadapi, berkorbanlah sedikit untuk belajar atau mencari solusi dari masalah yang dia hadapi setidaknya kalian membuat perempuan merasa berhutang budi. karena perempuan itu makhluk yang "Ga enakkan." itu akan mempermudah jalan kalian untuk mendekatinya.

        langkah kedua, ketika perempuan sudah merasa hutang budi, cobalah untuk mengontaknya dengan awalan yang menjurus pada masalah sebelumnya untuk menariknya membalas sms atau chat mu agar ia tak menganggap anda aneh. bangun dulu kedekatan sebagai teman. cobalah untuk mencari topik yang menarik sesuai yang dia sukai dan jadilah humoris. gak ada salahnya menyamakan sense humornya. tahap ini jangan coba-coba membahas masalah pribadi atau lebih dalam. biarkan sampai dia nyaman dan memberi sinyal dengan curhat masalah pribainya.

         langkah ketiga. mulai lah dengan memberi perhatian lebih namun tak berlebihan.. cobalah dengan menjadi asik. jangan terlalu kaku dan menunjukan perasaan kalian. buatlah hubungan kalian intens. pada masa ini sense humor dan perhatian berbeda yang sangat berpengaruh.

         langkah selanjutnya ketika hubungan mulai intens, cobalah sedikit menarik ulur. hal ini membuat perempuan tak mudah bosan karna terus penasaran namun tetap menunjukan sinyal perasaan anda. dengan seperti itu ia akan memikirkan anda. misal kurangi intensitas menontaknya. misalnya pada tahap sebelumnya kalian menariknya dengan banyak topik agar bisa ber-SMS dan ber-Chat ria seharian, cobalah untuk mengontaknya pada saat tertentu, misalnya pada malam hari atau saat yang tak di duganya. usahakan tetap mengabarinya setiap hari agar keyakinannya akan anda tidak hilang, karena jika dalam fikiran penasaran maka ada dua kemungkinan, dia beneran suka? atau cuma modus? atau nganggep teman biasa? jangan sampai ia menyimpulkan bahwa anda hanya modus dan menganggapnya teman saja. pada masa ini perempuan mungkin sudah mulai tertarik pada anda. tetap gunakan kesempatan mengontaknya dengan membuat perasaan berbunga, ingat jangan terlalu lama dengan tahap ini.

          langkah selanjutnya ini lebih jauh anda mulai mengajaknya dating. cobalah mencari tempat yang nyaman yang dapat membangun kedekatan anda, misalnya mengajaknya makan atau nonton dibioskop. tetaplah bersikap asik dan ajak ia bercanda dengan sesekali menggodanya. atau jika belum ada kesempatan setidaknya cobalah dengan menjemput atau mengantarnya pulang ke sekolah, kampus, atau tempat kerjanya. lakukanlah ini beberapa kali hingga anda merasa dia berbeda terhadap anda, mulai memberi perhatian yang berlebih atau sudah menunjukan kecemburuan apabila mendengar anda bersama wanita lain

         langkah selanjutnya adalah menunjukan keseriusan anda. cobalah memberi tau niat dan perasaan anda dengan cara yang berkesan.


selamat mencoba para makhluk tak peka bagi kami perempuan. semoga bermanfaat :)

You're My Destiny - Part 1

            Teringat dikala hujan.  seorang gadis berseragam putih biru berjalan menyusuri lorong sekolah sambil memainkan jarinya dengan mata berkaca sambil sesekali menatap rintik hujan. dengan wajah memerah ia terus menggigit bibirnya demi menahan airmata yang mulai meluap. tibalah diujung lorong sekolah, dengan airmata yang tak terbendung ia tersungkur dan menangis sejadi-jadinya.

             Gadis malang tak berdaya. dalam dirinya terdapat jiwa yang terkurung, terbelenggu dalam ketakutan. Emosinya tak dapat ia ekspresikan seperti halnya anak-anak lain yang pada usia ini mulai menunjukan emosinya. "Aku takut, bahkan ketika aku berdiri dalam hal yang benar ketakutan menghantuiku.".

             Alena Monica, ialah aku gadis malang itu. aku dalam ketakutan setiap saat dimanapun aku pijakan kakiku. dikala anak lain menceritakan masa kecilnya yang membuat mereka tertawa bahagia dan merasa beruntung, bibirku bergetar dan mataku tak dapat menahan tetesan airmata yang meluap dari hatiku yang tak mampu menahan sesak sakitnya. ketika anak seumurku hangat bersama keluarganya, aku malah merasa asing.

               Ayahku adalah seorang pengusaha perkebunan dan ibuku ibu rumah tangga yang juga memanage usaha ayahku. aku di didik keras, sehingga aku tak boleh mengambil resiko apapun dalam hidupku. semua aspek kehidupanku dalam genggaman ayahku. kehidupan dirumah membuatku tak merasakan tenang dan jauh dari bahagia. aku merasa anak yang tak dianggap. kesakitanku sungguh tak dapat ku keluhkan sama sekali, aku tak memiliki tempat. Ibuku lebih menyayangi kakak perempuanku, pilih kasih terasa sangat pedih pada batin gadis kecil malang ini. melakukan apapun yang ibuku suruh tanpa bisa mengelak sedikitpun ketika kakakku asik merengek manja kepada ibuku, "oh Tuhan... haruskah aku yang merasakan sakitnya ini? aku tak sanggup". sambil menangis hatiku berucap. pulang sekolah harus tepat waktu, hingga aku tidak punya waktu bermain sama sekali.
aku tidak punya teman.


              Rinai hujan lebat pada hari itu seakan menggambarkan airmataku yang seperti awan yang menampung air yang menguap,sambaran petir seakan menggambarkan emosi yang tak terluapkan. aku menangis sejadi-jadinya. hari itu tepat tanggal 25 januari 2010, hari ulangtahunku . lirihnya hatiku dihari ulangtahunku bukan peluk hangat dan doa yang orangtuaku berikan, tepat hari itu mereka meninggalkanku. Ayahku terlilit hutang. tepat tengah malam ayah ibuku membawa kakak dan adikku pergi meninggalkan kota jakarta. mereka menitipkanku pada keluarga Pamanku. aku benar-benar telah dibuang.

"Apa salah ale Tuhan? mengapa ale tak bisa hidup biasa seperti anak anak seumur ale? kenapa ale seperti ini? haruskah sehancur ini perasaan ale?  apa yang telah ale perbuat?". sambil menangis aku tak kuat menahan ucapku.

disaat isak tangisku semakin menjadi.. seorang pria berdiri dihadapanku sambil terdiam menatapku. aku tak menyadari kedatangannya. sekian lama ia menatapku dari kejauhan.

"heh, Lo kenapa? kehilangan juga?". tanya seorang pria itu dengan nada bingung. suara pria itu mengejutkanku.

aku tertegun mendengar pertanyaannya sambil perlahan menatapnya.

"yeh, kenapa jadi ngeliatin gue gitu?." tanyanya bingung sambil menatapku aneh.

aku masih tertegun.

"yeh, aneh banget si? lo ngapain nangis disini? gak takut kesambet lo ujan ujan gelap gini?." sambungnya lagi masih menatap ku bingung.

aku tersadar dari lamunanku karna terkejut dan langsung terbangun sambil menghapus airmataku.

"ga-gapapa." jawabku sambil menunduk malu.

"hmm.. kirain lo kehilangan kunci motor juga kaya gue, ga bisa pulang jadinya drama kaya barusan deh. udah sore ngapain lo masih disini?" tanyanya lagi.

pria berseragam kuyup terlihat lusuh. aku kenal dia, siapa yang tak kenal dia? dia ketua eskul futsal di sekolah, namanya Yoga. gayanya yang tengil buat banyak orang yang tak suka dengannya namun wajahnya yang tampan dan humoris buat lebih banyak orang yang menyukainya terutama perempuan.

"duh, lo kenapa si? bengong lagi kan, lo sakit?" masih dengan kebingungan ia menatapku sambil bertanya.

aku hanya menggeleng.

"eh, tuh dia kunci motor gue". sambil mengarah ke tempat kuncinya tergletak di lantai di belakangku.

kemudian menghampiriku lagi.

"hmm... jadi lo sekarang mau ngapain? mau lanjutin nangis kaya tadi?". tanyanya sinis.

aku terdiam. aku tak tahu aku harus bagaimana, tangisku belum puas.

"malah diem. kayanya lo sakit deh, gue anter balik aja mau ga?" ajaknya sambil masih menatapku bingung.

"ga-gapapa gausah". jawabku sambil pergi bergegas pulang.


keesokan harinya tak kusangka tangisanku kemarin membuat mataku begitu bengkak sampai sampai ketika aku masuk kelas aku mengundang perhatian teman kelasku.

"Le mata lo kenapa? digigit nyamuk?" ejek salah satu teman kelasku. ejeknya mengundang tawa satu kelasku.  namanya ghea. perempuan paling cantik dikelasku. dia yang mendominasi kelasku karna ia begitu tenar sehingga banyak yang ingin dekat dengannya meskipun sifatnya yang egois, sombong dan menyebalkan.

praaakkkk! suara keributan terjadi didepan kelasku. semua anak keluar untuk menyaksikan apa yang terjadi, termasuk aku. ternyata si pria kuyup yang kemarin sedang berkelahi di depan kelasku. aku sangat penasaran, aku menyusup ke barisan paling depan dan.....

Boooom!

di UKS.
aku merasa seperti..

"sssshhhh.. aduh.." sambil memegang kepalaku yang rasanya besar dan melayang.

"duh..sakit ya? sorry ya.. sumpah gue ga sengaja." ujar pria kuyup yang melempar  sepatu boots milik penjaga sekolah dengan cantik mendarat ke kepalaku.

"i-iya gapapa." jawabku.

sejenak kami terdiam canggung. mungkin karna kami belum mengenal satu sama lain.

"mending gue anter pulang aja ya, tadi guru piket udah kesini kok nganterin tas lo." dengan wajah merasa bersalah.

"makasih, ale naik angkot aja." jawabku sambil terbangun dari tempat tidur.

"eh, eh jangan gitu dong. asli deh gue jadi ga enak. please gue anter aja ya, setidaknya gue mastiin kalo lu ga pingsan dijalan." sambil menahanku agar tak bergegas bangun.

aku terdiam bingung. aku merasa kaku karna aku tak pernah diantar pulang atau bahkan berhadapan dengan seorang pria selain ayah dan saudara laki-laki ku. kembali aku pada lamunanku, aku tak tau harus bilang apa. dia pun terdiam sambil melihat ke arahku dengan wajah cemasnya.

"diem berarti iya kan?" ajaknya sambil mengambil tasku yang tepat ada diatas bantalku dan segera memapahku tanpa memberiku kesempatan menjawab.

ini pertama kalinya aku merasa kaku. ia memapahku sampai gerbang sekolah dan segera mengambil motornya diparkiran. ketika ia datang menghampiriku aku masih kaku dan bingung harus bagaimana. aku terdiam canggung, lalu matanya mengisyaratkan aku untuk naik. diperjalanan dia terus mengajakku bicara.

"oh jadi nama lo ale? enak didenger." ujarnya tiba-tiba dan membuatku terkejut. aku masih terdiam tak tau apa yang harus ku katakan.

"lo kenapa sih diem aja? lo kesel sama gue karna yang tadi?". ia mengurangi kecepatan motornya dengan wajah bersalahnya.

akhirnya aku mencoba memberanikan diri menjawabnya.

"Ale ga kesel kok, ale cuma agak pusing." aku mencoba memberi alasan dan menjadi biasa.

entah mengapa tiba tiba ia terdiam dan..

"le, kita mampir makan sebentar ya..." ia berhenti tepat di depan restoran cepat saji, Mc Donalds. tanpa bertanya ia menyuruhku turun. aku tertegun. aku berfikir ucapanku membuatnya tak nyaman. ketika dia selesai memarkirkan motornya terlihat wajahnya yang dingin. ia menyuruhku masuk dan duduk kemudian ia memesan makanan. menunggunya di meja dengan perasaan tak enak, lalu ia datang membawa makanannya. aku masih terkejut melihatnya begitu.

"kok malah diem le? makan dong le. duh gue jadi ngerasa salah campur aduk gini nih." jawabnya sambil mengubah ekspresi wajahnya yang dingin menjadi seperti memohon merasa bersalah. itu membuatku tersenyum melihat ekspresinya yang sempat membuatku tegang ternyata tak seperti dugaanku.

"sekarang malah senyum-senyum ngeledek gitu sih le. gatau apa gue jadi ngerasa salah banget." ucapnya sambil wajahnya memelas. aku sampai tak dapat menahan bibirku yang rasanya mulai menarik kekanan dan kekiri, aku tersenyum lepas melihat tingkahnya.

entah mengapa aku malah mulai merasa akrab dengannya. ini pertama kalinya aku merasa punya seorang teman walau hanya beberapa saat. aku mulai merasa tidak canggung berbicara dengannya sejak saat itu. dia mengajaku bicara dan menceritakan banyak hal yang membuatku nyaman. ini pertama kalinya dan dia yang pertama.

semenjak kejadian itu keakraban kami mulai timbul ketika dia mengajakku mengikuti eskul futsal putri dan mempunyai alasan bertemu. dia mengajarkanku bergaul hingga aku mulai memiliki teman. dia mengenalkan banyak hal. hingga setahun kedekatan kami menjadi sebagai sahabat. setiap hari menghabiskan waktuku bersamanya.

tinggal bersama paman dan bibi membuatku memiliki kebebasan. mereka amat menyayangiku layaknya anak sendiri,  mungkin karna mereka belum dikaruniakan seorang anak. mereka sudah seperti orangtuaku sendiri, bahkan melebihi orangtuaku sendiri. hampir setiap hari bersama yoga membuat mereka memberi kepercayaan kepada yoga untuk menjagaku.

setahun berlalu, setelah ujian kelulusan, sekolah mengadakan acara perpisahan dengan menginap di puncak. dan pada malam api unggun aku melihat yoga terlihat menatap seorang perempuan dengan cara yang berbeda. malam itu yoga dan ghea terlihat saling mencuri tatap. sampai akhirnya aku melihat yoga menghampiri ghea. aku segera menjauh dari keramaian dan duduk merenung di balik tendaku. aku takut. takut yoga menjauh. sahabat yang membuatku nyaman dan aman tanpa merasa takut.

 ingatanku kembali dimasa itu, saat bahkan orangtuaku meninggalkan ku. akankah aku kembali ke masa itu? merasa sendiri tanpa ada orang untuk berkeluh kesah? dalam lamunanku setitik air jatuh dipipiku.
hingga seseorang membangunkan aku dalam lamunan...

"Aleeeeeeee..!" suara yoga itu membangunkan aku dari lamunan. aku segera mengusap air mataku.

yoga langsung menghampiriku. dan pada saat aku mecoba berdiri yoga menahan ku dan duduk disampingku. aku menunduk saat yoga mencoba melihat wajahku.

"lo nangis?" dengan nada tenang dan sambil melihat ke arahku ia duduk disampingku.
"ngapain sok ngumpet malu gitu si?"
"gue itu udah pernah ngeliat lo nangis sejadi-jadinya le" ujarnya dengan wajah yang tersenyum mengingat kejadian ketika pertama kali bertemu.

kami terdiam beberapa saat.

"le, gue ga ngerti kenapa mendadak persahabatan kita harus seromantis ini malem ini. tapi le, kedekatan gue sama lo setahun ini bikin gue ga perlu nanya lo kenapa nangis sekarang." sambil memegang  kepalaku dan menyandarkan di pundaknya.
"lo perempuan yang paling gue jaga banget le, gue ga bakal ninggalin lo. jangan nangis lagi ya." sambil terus mengelus kepalaku ia tersenyum ke arahku.

aku menghela nafas panjang. perkataannya membuatku tenang. entah kenapa disampingnya adalah tempat paling nyaman dan aman.

"ga, makasih ya." jawabku sambil membangunkan kepalaku dari pundaknya.

yoga hanya melihat kearahku beberapa saat tanpa berbicara lalu kembali menyandarkan kepalaku kepundaknya.

"gue sayang lo le." sambil mengelus kepalaku dengan tatapan kosong dan tersenyum.

entah mengapa saat itu jantungku berdetak kencang sampai aku tak bisa beranjak. sekali lagi, dia yang pertama. dia KAMU yang pertama.

sejak malam itu perasaan berbeda hadir, aku mulai merasa malu bertemu dengannya.
bahkan ketika kita satu SMA..................

                                                                                                            bersambung..........




Friday, February 5, 2016

SimianFriend - Chapter 2



Chapter 2- Rendevous

Hari kedua, kalian pasti tahu apa yang aku pikirkan hari ini, ya monoton seperti biasanya. Tapi Sepertinya ada secarik cahaya harapan di dadaku hari ini, entahlah mungkin aku sedang mengigau. Aroma kelas yang khas dari bau kayu dan cat baru sangat menyengat di hidung. Namun beda ceritanya jika aku mengeluarkan kepalaku keluar jendela, wangi udara segar dan pepohonan rindang kucium sangat mengagumkan.

          Langkah demi langkah kulalui demi menemukan gadis misterius kemarin di belakang taman sekolah disamping kelasku, kini aku sudah tahu cara untuk menuju kesana. Namun usaha ku nihil karena yang kutemukan hanya kesunyian yang menghiasi taman ini. Kuputuskan untuk duduk sejenak di bawah pohon yang rindang itu, angin pagi yang menyegarkan membawa jiwa ini ke alam bawah sadar sehingga tak kusadari aku tertidur dengan pulas.

          Sebuah sentuhan lembut terasa di pipiku, rasanya seperti jari seseorang tapi entahlah , aku belum menyadari apapun. Mataku masih terpejam rapat dan belum mau membukanya , perasaan nyaman ini sangat ku nikmati. Tapi lagi-lagi sentuhan itu kembali kurasakan. Akupun terganggu olehnya, lalu syaratku yang sensitif menyuruh mataku terbuka.

          Seorang gadis bertubuh kecil nan mungil berkulit putih dengan senyum yang sangat menawan membuatku terkesima setengah mati, ia berdiri di depan ku saat ini tanpa mengatakan apapun, dari posisi ini dapat kulihat wajahnya tersiram sinar mataha ri dari celah-celah dedaunan di atas. Belum pernah aku melihat pemandangan seperti ini, ada sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

           Mulutku tidak bisa menuruti apa kehendakku, ia terdiam tidak bergerak padahal aku sangat ingin menanyakan siapa sebenarnya dia. Tidak lama setelah itu bel masuk berbunyi keras memecahkan kesunyian ini. Ya.. Setidaknya aku harus berterima kasih kepadanya karena telah membangunkanku disaat-saat akhir seperti ini. Lantas aku langsung kembali kekelasku, rasa penasaran yang tak tertahankan membuat logikaku bertanya tentang banyak hal.

            Waktu istirahat kuhabiskan di taman itu lagi, ditemani oleh beberapa lembar kertas dan sebuah pulpen membuat pikiran liarku kembali menjalar. Belum mulai menulis apapun, aku sibuk memperhatikan murid-murid lain dari kejauhan yang sedang bermain ataupun asik mengobrol satu sama lain. Apakah ini yang dinamakan rasa iri? “Ah lebih baik aku menulis sesuatu yang menarik.”

            Di dalam sebuah cerita, seorang tokoh utama yang mempunyai suatu tujuan dan ia berusaha keras untuk mencapainya. Namun dalam cerita tersebut si tokoh utama tidak bisa mencapainya begitu saja, banyak halangan rintangan yang menerjang tapi tak menjadi masalah karena di akhir cerita pasti terdapat sebuah hadiah yang ditunggu-tunggu nya entah apapun itu.

          Namun tidak denganku, aku tidak mempunyai tujuan apapun, atau hobi apapun, dan bahkan tidak melakukan apapun. Membiarkan takdir ini terus membawaku ketempat yang bahkan tidak berarah, seperti sehelai bulu diterbangkan oleh angin yang tidak menentu, tak tahu dimana bulu itu akan jatuh akhirnya.  

          Keterpurukanku ini bukanlah tanpa sebab, ketidakdianggapan ini lah yang membuatku menjadi seperti ini. Masa suram 2 tahun lalu, karena  laki-laki brengsek itu membuat hidupku hancur berantakan. Semua hal yang ia bangun bersamaku hancur begitu saja, juga kepercayaanku terhadapnya hilang tak bersisa. Ia telah mengkhianati ibuku tanpa belas kasihan. Waktu itu ibuku tengah berada diluar Negeri untuk menafkahiku, 3 tahun sudah aku ditinggalkan ibuku pergi ke negeri minyak, arab. Karena ekonomi ku yang tengah krisis waktu itu, juga lelaki itu yang kusebut ayah tengah tidak bekerja, ia mendadak bangkrut karena kios nya yang katanya ditipu hilang begitu saja.  Mungkin kita bisa lewatkan bagian.


           Ibuku selalu berkata ”Kita tidak boleh memprotes keadaan kita apapun yang terjadi, mungkin saat ini bersyukur adalah hal terbaik yang bisa di lakukan oleh manusia”. Berpacu pada kata-katanya, aku harus menikmati saat-saat seperti ini.
Rasakanlah suasana yang tenang ini, lihatlah pemandangan ini, begitu juga aura menyejukan ini. Aku percaya ini lah ciptaan Tuhan yang tidak akan bisa ditandingi oleh apapun dan siapapun.  “Nikmatilah saat ini”

          Tanpa disadari beberapa paragraph diatas telah kutulis dalam sebuah kertas putih polos ini. Setelah lama menunggu gadis itu tidak kunjung dating, lewat lah satu lagi kesempatanku untuk bertemu dengannya. Tanpa pikir panjang aku langsung kembali kekelas dan harus melewati beberapa jam yang membosankan ini.

Friday, January 29, 2016

SimianFriend - Chapter 1

Chapter 1- Monoton 

          Biasanya semua cerita di awali oleh perkenalan si karakter utama, tapi aku tidak akan membahas diriku sendiri, bahkan aku tidak yakin akulah sang “main” di cerita ini. Jadi, temukanlah diriku di tengah cerita berlangsung, karena aku juga tidak begitu yakin kalian Ingin mengenalku bahkan tertarik denganku, kalian pasti tau kenapa.

Untuk kebanyakan orang, hari ini adalah hari yang spesial untuk mereka, Hari pertama masuk Sekolah menengah atas (SMA) adalah Hari yang paling mereka tunggu Sejak lama, namun tidak bagiku, semua sama saja tidak berbeda dengan smp sebelumnya. Karena aku tahu masa SMA ini adalah putih-abu2. Hampir sama saja dengan “tidak berwarna” bukan? Ya, mungkin perbedaanya hanya aku yang memakai celana abu-abu.

Tidak seperti anak-anak lain yang Langsung berkenalan satu sama lain, aku langsung duduk di bangku paling ujung di dekat jendela sebelah kiri. Dari sini aku dapat melihat sebuah taman kecil di samping dengan 2 buah pohon yang cukup rindang dan Rumputnya yang pendek berwarna hijau. “Aku ingin seperti pohon itu, mempunyai pohon lain untuk di lihat dan mempunyai warna yaitu hijau.” Tidak perlu banyak warna pikirku, Satu warna sudah cukup bagiku apapun itu setidaknya lebih berwarna.

Dengan mendekap dagu dan melihat taman tadi kutunggu bel masuk berbunyi, aku yakin orang-orang disampingku melihatku dengan tatapan aneh, mungkin mereka heran dengan kelakuan ku yang menyendiri sedari tadi aku masuk. Percuma jika aku kenal dan berteman dengan orang lain, akhirnya pasti mereka akan menjauhiku seperti dulu. Jadi aku memutuskan untuk tidak berhubungan dengan siapapun ku pikir Sia-sia, lebih aku aku terus seperti ini dan tidak akan merasakan kehilangan teman lagi.

Aku tidak masalah untuk menjadi seperti ini selamanya, lagi pula aku tidak membutuhkan mereka, sebagaimana mereka tidak membutuhkan dan menginginkanku. Ada yang bilang aku selalu bersembunyi dan lari dari kenyataan, kurasa ini lah kenyataan bahwa tidak ada yang menginginkan dan menerima ku. Bukan aku yang lari dari kenyataan, hanya saja kenyataan yang pergi meninggalkanku.

Terpisah dari kawanan, Hikkikomori, penyendiri, orang aneh, tidak bisa bergaul. Itulah yang mereka pikirkan tentangku. 

Kini jam dinding kelas telah menunjukan angka 07.15, aku tau sebentar lagi guru akan datang dan pelajaran paling pertama akan dimulai dan semua murid telah duduk di tempatnya masing-masing. Bangku di sebelahkupun masih kosong sampai saat ini padahal semua murid sudah berpasangan satu sama lain, tidak lama seorang guru datang. berawakan cukup tinggi berkulit coklat dengan kumis tebal tapi jarang-jarang. Ia pun memulai pidato perkenalanya “Nama bapak Engkos hendrayana, Bapak adalah guru matematika juga seorang pembicara motivator terkemuka dikota ini, jika kamu punya masalah silahkan datang kepada bapak dan bapak akan membantu menyelesaikan masalah kamu.” Gaya bicaranya memang agak beda dengan guru-guru lain, sepertinya ia memang sering berbicara di depan publik banyak. Tapi tetap saja bapak tidak akan bisa menyelesaikan masalahku yang aneh ini, seberapa keraspun bapak mencekoki ku dengan kata-kata penyemangat bapak aku tetap akan seperi ini seterusnya.

“Maaf aku terlambat, tadi mobil ayahku terjebak macet dan mobilnya sekarang ada di bengkel karena di tengah perjalanan mobilnya mogok pak, jadi saya lari kesini.” Belum selesai pak Engkos menyelesaikan pidatonya, seorang anak laki-laki tinggi dan cukup tampan Berambut coklat kehitaman muncul dari balik pintu kelas. Sepertinya ia memang telah berlari, terlihat dari seragamnya yang basah dan keringatnya yang bercucuran keluar.
“Karena kamu terlambat, perkenalkan namamu dan jelasakan alasan kamu masuk ke SMA 2 ini?” sebut pak Engkos dengan cukup tegas mengarah ke mata anak itu. “Hmm baiklah perkenalkan, nama saya Reza Berasal dari kota karawang dan... Motivasi saya masuk kesekolah ini adalah agar daya dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi” pfft.. Alasan macam itu, mungkin dia kelelahan pikirku.
“Ya sudah, silahkan diduk dibangku yang kosong sebelah situ.” Tunjuk pak Engkos kepadaku. Ia pun mulai berjalan kesini. Yang kulakukan hanya memalingkan wajah kearah taman.

Tidak berapa lama ia duduk , ia memulai percakapan denganku “Reza!” sambil memberikan tanganya kepadaku tanda ia ingin bersalaman denganku. “Aku sudah mendengarnya.” Cetusku tanpa memalingkan wajah dan membiarkan tangan berada di depanku. “Tentu saja, lalu kamu?” potongnya langsung “kau akan tahu nanti.” cerewet sekali orang ini, aku geram mendengarnya. mungkin bagi sebagian orang ini memanglah terdengar normal.

 Lalu diapun terdiam dan langsung pak Engkos melanjutkan pembicaraan nya tadi sampai jam istirahatpun selesai aku sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun kepada orang disampingku ini.
Semua murid telah keluar kelas untuk melihat sekeliling sekolahnya yang baru ini, tersisa beberapa orang di kelas termasuk aku didalamnya. Ada yang membaca buku dan makan di tempat makanya, kupukir sudah tidak ada lagi yang membawa bekal makanan kesekolah disaat kita sudah SMA. Ah tapi itu tidak penting, aku berhenti memandangi sekitar dan melanjutkan tulisan ide liarku saat ini.
         
“Ahhh... Apa yang harus kulakukan di hari pertama seperi ini?” keluh ku sambil menghela nafas panjang “Mungkin aku harus melihat taman itu dari dekat.” saat aku hendak menuju taman tersebut, dari jendela ku lihat ada seorang gadis yang berdiri disana memandangi sekelilingnya. Entah ada apa, tubuh ku tiba-tiba berlari menghampiri taman tersebut namun karena aku tidak tahu jalan butuh 5 menit untuk tiba disana. Alhasil saat aku tiba, tidak ada seorangpun disana. Padahal aku yakin tadi berdiri seorang gadis disini, entah kenapa jantungku berdebar-debar dan menjadi tidak sabaran. Sekarang, di tempat ini aku melihat apa yang pohon ini aku lihat,  Aku berdiri di tempat ia berdiri, dan aku merasakan udara yang pohon ini rasakan. Tapi kenapa aku tidak bisa menjadi sepertinya? Apa? Ku rasa aku sedang iri kepada pohon ini, menyedihkan sekali.

Dengan rasa menyesal aku kembali kekelas, tidak lama setelah aku duduk bel berbunyi dan semua muridpun berkumpul. Seorang guru lain muncul, ternyata seorang wanita paruh baya memakai kerundung putih, dari wajahnya yang mulai keriput sepertinya wanita ini berumur 40an. Trisna Lana namanya, seorang guru kimia yang dikenal sangat “killer” dan banyak ditakuti oleh murid terutama murid-murid berandal dan nakal yang menjadi santapannya.

“Silahkan perkenalkan nama masing-masing mulai dari barisan depan berlanjut ke belakang.” Satu persatu semua murid memperkenalkan dirinya, tapi tidak penting bagiku mengetahui bahkan menghafalkan nama murid lainya. Aku tidak butuh itu. “Selanjutnya kamu yang pakai kacamata.” bu trisna menatapkan matanya padaku, oh iya kini giliranku, tidak perlu panjang dan kompleks. Cukup perkenalkan nama dan asal sekolah sebelumnya. “Nama, Niki. Asal sekolah Smpn 3” sudah kuduga tidak ada yang memperhatikanku. Hanya pandangan mata kosong dan aneh yang metapku. Sudahlah, lagi pula aku tidak perduli.

Lagi-lagi aku hanya terdiam tanpa kata sampai jam pelajaran habis dan bel pulang pun berbunyi. Inilah yang kutunggu-tunggu akhirnya aku bisa pulang dengan tenang tanpa menimbulkan masalah apapun di hari pertamaku ini. Makin gelap dan tidak berwarna, setidaknya harusnya aku punya sedikit harapan untuk mendapatkan sesuatu yang berbeda hari ini.
luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com